Pelawan (Tristaniopsis spp ) adalah tumbuhan komoditas kehutanan khas Bangka Belitung. Memang, tumbuhan ini tidak bernilai ekonomi secara langsung. Tapi Jamur pelawan dan Madu pelawan sangat bernilai ekonomi tinggi, dan itu berasal dari pohon pelawan.
Kayu pelawan umumnya dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan kayu junjung. Kayu pelawan tidak pernah dimanfaatkan sebagai kayu konstruksi/ pertukangan. Hal ini disebabkan karena sifat kayu pelawan mudah belah walaupun keras dan tidak mudah patah. Selain itu kayu pelawan juga digunakan dalam industri kusen untuk menggantikan paku besi.
Pohon pelawan adalah salah salah satu pohon cepat tumbuh (fast growing species) . Pohon pelawan di alam, memiliki kemampuan berkembang biak secara generatif (biji). Secara alami anak pelawan tumbuh di sekitarpohon induk. Anakan ini selanjutnya akan disapih pada media polybag.
Kembali ke kayu pelawan. Kayu pelawan memiliki bunga yang menjadi sumber pakan lebah madu hutan. Madu yang dihasilkan biasa disebut madu pahit dengan harga yang dapat mencapai Rp.120.000 / kg. Tentu saja dengan harga yang tinggi, madu ini bermanfaat mengobati banyak penyakit seperti ginjal, darah tinggi, darah rendah, gangguan pada lambung, lemah syahwat, kencing manis, dan menetralisir racun pada tubuh.
Selain kayu pelawan, ada juga yang namanya Jamur Pelawan. Jamur pelawan biasa tumbuh didekat akar pohon pelawan dan hanya bisa dipanen setahun sekali saat menjelang musim penghujan. Sama dengan kayu pelawan, Jamur pelawan juga memiliki harga yang cukup tinggi yang bisa mencapai Rp 700.000/kg . Harga yang tinggi disebabkan karena kelangkaan jamur tersebut.
Dalam upaya konservasi pohon pelawan, perlu adanya upaya strategis yang kontinyu dalam rangka pemanfaatan pohon pelawan sebagai sumber pakan lebah madu dan inang jamur pelawan yang lebih praktis dan berkesinambungan. Diperlukan adanya penelitian budidaya pohon pelawan sertaupaya penyuluhan dan perlindungan hutan secara lebih optimal dan tepat sasaran. Upaya tersebut perlu dilakukan secara sinergis.